Thursday, May 24, 2007

2 years ago, 11.55 PM

i believe our love ones are never
far away.

i believe our love ones know how
much we did our best for them.

i believe -somehow- our love
ones know how much we love
them.

& i believe our love ones love us
back just as much.

but above all, what i most
believe is, our love ones are
happy up in heaven, in God's
arms, playing around with his
angels.

be strong, brave mum.
everything will be alright.

take care,
cheers!

Dari Donna (RP 95) on my FS testimonial

And my love one was

Name : Syafi Artanza Idris
Born : Bogor, May 24, 2005 (11.55 PM)

And because God loves him so much, He took him at that time too...


gbr : last year

Champion at Liga Champions

Horeeee... AC Milan menang 2-1 dari Liverpool di final Liga Champions tadi pagi. Gw ga nonton (ngeri hihihi) tp dapet laporan langsung dari Ican pas gw melek karena Aya begerak-gerak. 'Milan menang 2-1', gitu kata Ican. Gw lsg mengepalkan tangan ke udara, trus tidur lagi :)

Pagi ini bgini berita yang gw baca di detiksport.

gbr : Milan dan piala Champions. Diambil dari www.beritabola.com

Seminggu ini

Udah seminggu ini bis jemputan yang biasa gw naekin tidak menampakkan batang idungnya (eh bis mah ga punya idung kali ya). Jadi untuk nyampe ke ktr, gw akhirnya naek bis umum nomor 102 jurusan Depok-Tnh. Abang. Berhubung gw ga ke terminal dlu, jadi gw ga pernah dapet duduk. Biasanya baru dapet duduk kl udah nyampe Komdak ato Sudirman. Yah mayan deh pegelnya.. Tapi untungnya (namanya juga orang Indonesia) bis itu tidak berdesak2an karena gw berangkat so early in the morning, dimana Ican n Aya masih tertidur lelap.

Untuk pulangnya, berhubung bis 102 tersebut termasuk bis yang lamaaaaaaaa banget jalannya sehingga yang biasanya kalo naek jemputan gw bisa sampe rumah jam 17.30, nah kalo naek 102 ini gw nyampe rumah paling cepet jam 18.30 ato 19.00 (hal ini terjadi dengan tidak ada perbedaan waktu keluar kantor krn gw selalu teng-go :D). Jadi menimbang, mengacu dan melihat semua tersebut di atas, gw memutuskan untuk naek KRL (Kereta Listrik - buat yg blum tau) Jabodetabek. Selaen murah, transportasi ini adalah transportasi yang cepat. Wihhh udah lama ga empet2an naek kereta sejak gw lulus kuliah 7 taon lalu. Kaki ga bisa napak, tangan ga punya pegangan, tas hrs dikempit klo ga copet bakal beraksi dan bermacam2 bau yang ada di sana. Tapi demi sampe di rmh cepet biar bisa maen ama Aya, gw bela2in deh empet2an lagi di kreta.

If that's what it takes,
That's what I'd do...

Tuesday, May 22, 2007

(You Want To) Make a Memory

Hello again, it's you and me
Kinda always like it used to be
Sippin' wine, killing time
Trying to solve life's mysteries

How's your life, it's been a while
God it's good to see you smile
I see you reaching for your keys
Looking for a reason not to leave

If you don't know if you should stay
If you don't say what's on your mind
Baby just breathe
There's nowhere else tonight we should be

You wanna make a memory?

I dug up this old photograph
Look at all that hair we had.
It's bittersweet to hear you laugh
Your phone is ringing I don't wanna ask

If you go now, I'll understand
If you stay, hey, I've got a plan
We're gonna make a memory
You wanna steal a piece of time
You can sing the melody to me
And I can write a couple of lines

You wanna make a memory?

If you don't know if you should stay
And you don't say what's on your mind
Baby just breathe
There's nowhere else tonight we should be
We Should be

You wanna make a memory
You wanna steal a piece of time
You can sing the melody to me
And I can write a couple of lines

You wanna make a memory? (x2)

Fiuuuhhhh...

and maybe it's God's plan that we're not as close as we used to...

Monday, May 21, 2007

The good old days (part 2)

Ini sebagian dari masa2 indah dulu...



Seberkas Senyum dari Cerita Lama

Wiken kmaren, dapet imel dari Beti (ga lembur kan, Bet? hehehe). Ceritanya bagus... Dan gw setuju banget ama penulisnya. Kita ga bisa melupakan teman dan sahabat begitu sajah. Tapi kalo mereka yang melupakan kita??? Yah, gw udah usaha semaksimal mungkin buat bisa kumpul ama teman dan sahabat gw di masa sekola. Tapi emang susah menyesuaikan jadwal sekarang ini. Pada sibuk mencari duid untuk masa depan. Susah emang... (Jadi inget, bentar lagi sahabat gw dari jaman SMP bakal pulang ke Indonesia setelah menyelesaikan kuliahnya di Amrik sana, udah janjian buat ketemuan di rumahnya. Can't wait to see her again deh)

O iya ini isi imel dari Beti...

Oleh Bayu Gawtama

Seorang sahabat lama, baru-baru ini menelepon untuk janji bertemu. Entah apa yang terjadi dengannya, setelah sekian lama tak ada kabar darinya, tiba-tiba ia menelepon saya dan meminta kesediaan untuk bertemunya. Terakhir yang saya tahu tentangnya, ia telah sukses menjalankan usahanya di bidang percetakan.

Bahkan kabar dari sahabat yang lain, “kalau kita masih berdebu, dia sudah kedinginan, ” maksudnya, saya dan beberapa sahabat lain masih terus menerus kena debu lantaran masih menggunakan kendaraan roda dua, sedangkan sahabat yang satu ini sudah memiliki kendaraan roda empat yang cukup bagus.

Isterinya juga bekerja dan menduduki level midle management di kantornya, sehingga ia bisa menyekolahkan dua anaknya di sekolah elit, salah satu sekolah mahal di Jakarta. Buat orang seperti saya, harus memeras keringat sampai tetes terakhir untuk bisa mendaftarkan anak saya ke sekolah itu. Itu pun baru sekadar mendaftar, belum lagi biaya bulanan dan lain-lainnya. Rumahnya pun cukup besar, type 72 di sebuah kawasan perumahan mewah cukup terkenal. Singkatnya, saya menilai hidupnya sangat bahagia!

Tetapi pagi itu, suara di seberang telepon lebih terdengar seperti suara murung, suntuk dan kehilangan semangat. “Ada apa kawan?” tanya saya ringan sekadar membuatnya merasa menemukan sahabat. Lalu dia bilang, “Saya bosan dengan kehidupan saya … tolong bantu saya?”

Ah, awalnya agak aneh mendengar kalimatnya. Apa yang membuatnya bosan menjalani kehidupan? Segalanya ia punya. Isteri yang cantik, anak-anak yang mempesona, rumah mewah, mobil bagus, uang pun ada. Setiap akhir bulan ia tinggal menentukan ke mana harus berlibur, domestik maupun ke luar negeri ia mampu. Tidak ada barang yang ia tak punya, setidaknya ia mampu membelinya jika berminat. Tapi kenapa? Kenapa justru ia merasa bosan dengan kehidupan yang dijalaninya?

Saya menduga ia terlalu lelah dengan bisnisnya. Karenanya saya minta ia meluangkan waktu bersama keluarga untuk rekreasi ke suatu tempat yang belum pernah dikunjunginya. Saya pun menyebut beberapa tempat sebatas yang saya tahu; Nusa Dua, Bunaken, Bukit Tinggi, … jawabannya: sudah! Malah dia menyebutkan nama-nama daerah lain yang masih sebatas mimpi untuk saya kunjungi. Itu berarti usul saya tidak diterima.

Kemudian ia mendesak lagi, “ayo bantu saya…” saya pun kelimpungan dibuatnya. Tawaran saya untuk ambil cuti selama beberapa hari dan menghabiskan waktu sepenuhnya bersama keluarga pun ditolak mentah-mentah. “Bukan itu masalahnya…” seraya menjelaskan bahwa hubungannya dengan isteri dan anak-anaknya tidak ada masalah secuilpun, bahkan sangat hangat dan harmonis.

Hingga akhirnya, saya memintanya untuk bertemu di suatu tempat. Sebelumnya ia meminta saya menemuinya di sebuah cafĂ© resto, namun saya menolaknya. Saya menyebut satu tempat yang membuat ia merasa kaget mendengarnya, “Ah, gila… masak saya harus ke tempat itu lagi?” Bahkan, sebelum hilang kagetnya saya membuatnya bertambah bingung, “jangan pakai baju bagus, jangan bawa kendaraan, naik angkot saja”. Lagi-lagi singkat komentarnya, “Usul gila apa lagi nih?” saya menutup telepon dengan mengatakan, “saya tunggu jam delapan malam ini…”

Saya bertaruh dia tidak akan datang malam itu ke tempat yang saya tentukan. Saya tidak yakin ia mau kembali ke masa lalu, ke tempat ia dan sahabat-sahabat lamanya –termasuk saya- biasa bercengkerama menikmati malam, menyeruput segelas kopi bersama, menyantap penganan kecil seperti kue putu atau gorengan bakwan, tempe dan pisang goreng. Mengingat kembali masa-masa diwaktu sama-sama tidak punya uang, padahal sudah makan sekitar delapan gorengan. Dengan segala hormat kepada si tukang gorengan, sahabat saya ini memberikan arloji kesayangannya kepada tukang gorengan sebagai alat pembayaran. Tertawalah semuanya karena si tukang gorengan sangat bahagia dan membiarkan kami menghabiskan banyak dagangannya.

Atau ketika di satu malam kami kemalaman dan tidak berani pulang ke rumah masing-masing, akhirnya tidur di masjid dengan ditemani ratusan nyamuk. Esok paginya, nyamuk-nyamuk itu tidak bisa terbang lantaran kegendutan oleh darah yang dihisap dari tubuh-tubuh kami. Maka berlombalah kami mengejar nyamuk-nyamuk yang keberatan badan untuk terbang itu dan menepuknya.

Semoga ia juga masih mengingat di satu malam yang lain, ketika ia datang dengan baju lusuhnya. Kemudian saya mempersilahkannya mengenakan baju yang saya bawa di tas. Saya masih ingat betul, hingga detik ini pun baju itu tidak pernah kembali. Tapi cukup senang jika mengingatnya, bahwa apa yang saya miliki bermanfaat untuk sahabat saya.

Sungguh terlalu banyak yang harus diingat dari masa lalu. Namun… saya ragu, apakah dia mau datang malam ini? Padahal saya sudah mengundang beberapa sahabat lain untuk juga datang.

Jam delapan lebih sembilan menit, sesosok bayangan tegap pun singgah. Saya dan beberapa sahabat lama memeluknya erat. Sepiring gorengan dan beberapa gelas yang siap dituangkan kopi dan teh sudah tersaji. Lahap ia menyantap beberapa potong gorengan dan menyeruput kopi. Tiba-tiba, “Siapa yang bayar nih? Punya uang nggak?” meledaklah tawa kami memecah keheningan malam itu. Sungguh, itu pertanyaan yang sama persis ketika dulu kami tidak punya uang untuk membayar gorengan.

Esok paginya, saya kembali mendapat telepon darinya, “terima kasih, ternyata saya hanya perlu kembali kepada sahabat dan mencoba menikmati masa lalu yang terlalu indah untuk dilupakan”.

Saya pun tersenyum. Begitulah sahabat, saya pun takkan pernah bisa meninggalkan sahabat-sahabat lama yang telah banyak memberikan suntikan semangat di masa lalu. Kadang kita hanya perlu memutar kembali peristiwa lampau, dan jika mengingat lagi apa-apa yang telah terlalui di waktu silam, seberkas senyum akan selalu tercipta. Dan senyum itulah yang kerap membuat hidup ini lebih terasa indah. Semoga… (gaw)

Kayanya sekali2 harus mencoba mangajak teman2 dan sahabat2 gw untuk kembali ke masa lalu yang indah untuk dilupakan itu, di Depok...